Senin, 03 Februari 2025

Diskusi Santai di Warung Kopi: Takdir, Ikhtiar, dan Makna Kehidupan"

Obrolan Pagi di Warung Kopi: Memahami Qadha dan Qadar"

Salman Arifin

Pagi itu, Jumat, 17 Januari 2025, sekitar pukul 07.30, saya, Samsul Bahri,  guru fisika  MA Darul Ulum Banda Aceh, duduk santai di Warung Dedi Kopi di kawasan Jambo Tape, Banda Aceh. Saya sedang menunggu dimulainya pembukaan Program Keprofesian Berkelanjutan (PKB) tentang ESQ di madrasah kami. Tak lama kemudian, datanglah senior saya, Salman Arifin, S.Pd., MA, yang akrab saya panggil Bang Salman. Beliau kini menjabat sebagai Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Banda Aceh.

Setelah memesan kopi, saya mencoba memulai diskusi dengan sebuah pertanyaan yang sudah lama menggelitik pikiran saya.

"Bang Salman, bukankah takdir itu merupakan hukum Allah, sunnatullah? Kita sebagai manusia memiliki kebebasan memilih takdir kita, baik atau buruk, dengan free will. Bagaimana konsep ini dalam Islam, terutama terkait qadha dan qadar?

Bang Salman tersenyum mendengar pertanyaan saya. Beliau menyesap kopinya sejenak sebelum menjawab.

"Pertanyaan yang bagus, Samsul. Dalam Islam, konsep qadha dan qadar memang sering menjadi topik diskusi. Qadha adalah ketetapan Allah yang sudah ditentukan sejak zaman azali, sementara qadar adalah perwujudan dari ketetapan tersebut dalam kehidupan kita. Namun, ini tidak berarti kita pasif dan hanya menerima nasib tanpa usaha.

"Allah memberikan kita akal dan kemampuan untuk berikhtiar, berusaha. Sebagai contoh, dalam Surah Ar-Ra'd ayat 11, Allah berfirman: 'Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.' Ini menunjukkan bahwa kita memiliki peran aktif dalam menentukan jalan hidup kita melalui usaha dan ikhtiar.

"Namun, setelah berusaha, kita juga harus bertawakal, menyerahkan hasilnya kepada Allah. Dalam Surah At-Thalaq ayat 3, disebutkan: 'Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.' Jadi, ada keseimbangan antara ikhtiar dan tawakal.

"Keputusan untuk berusaha atau tidak, beramal saleh atau bermalas-malasan, semuanya memang bagian dari takdir Allah. Namun, kita diberi kebebasan untuk memilih jalan mana yang akan kita tempuh. Sebagai pendidik, misalnya, kita berusaha mendidik siswa dengan baik, memberikan mereka ilmu dan nilai-nilai yang bermanfaat. Hasilnya, apakah mereka akan sukses atau tidak, itu di luar kendali kita. Yang penting, kita sudah melakukan bagian kita dengan maksimal.

"Jadi, meskipun takdir sudah ditetapkan, kita tetap memiliki peran melalui ikhtiar. Dan setelah berusaha, kita serahkan hasilnya kepada Allah. Itulah keseimbangan antara qadha, qadar, ikhtiar, dan tawakal dalam Islam.

Saya mengangguk, merasa mendapatkan pencerahan dari penjelasan Bang Salman. Diskusi kami berlanjut hingga jam menunjukkan pukul 08.00. Kami pun bergegas menuju lokasi pembukaan PKB ESQ di MA Darul Ulum, dengan semangat baru memahami makna takdir dan usaha dalam kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dayah Modern Darul Ulum YPUI Banda Aceh Pelepasan lulusan Angkat ke 30 tahun 2025

Banda Aceh – Dayah Modern Darul Ulum YPUI Banda Aceh lakukan pelepasan lulusan. Angkatan ke 30 jenjang MTs (kelas IX) dan MA (kelas XII) pad...