Oleh: Samsul Bahri
Ketua Bidang Pendidikan YPUI, Guru Fisika & Waka Humas MA Darul Ulum Banda Aceh
Keresahan mendalam mencuat dalam forum pengajian tenaga pendidik dan kependidikan (tendik) Yayasan Pendidikan Ulumul Qur'an (YPUI) baru-baru ini. Tgk. Jiem (Tgk. Muhammad Umar), dalam penyampaiannya yang menggugah, menyoroti bahaya laten yang mengintai generasi muda Aceh: akses bebas terhadap konten pornografi melalui gawai (gadget) yang mereka genggam sehari-hari.
![]() |
Access Melalui WAG |
Informasi yang disampaikan Tgk. Jiem, bahwa di sekolah-sekolah di luar lingkungan Dayah Darul Ulum (yang memiliki aturan ketat terkait penggunaan gawai), siswa dan remaja dengan mudah terpapar tautan-tautan (link) pornografi yang bahkan dapat tersebar melalui fitur pembaruan status WhatsApp Group, adalah alarm yang harus kita dengar bersama. Acara pengajian yang dihadiri oleh seluruh guru, ustaz, dan kepala MA Darul Ulum Banda Aceh ini menjadi saksi betapa seriusnya ancaman ini bagi masa depan anak-anak kita.
Kita selama ini mungkin terlalu fokus pada bahaya narkoba dan judi online sebagai ancaman utama bagi generasi muda. Padahal, pornografi, yang kini hadir dalam saku setiap remaja melalui layar gawai mereka, adalah bentuk bahaya lain yang tak kalah merusak. Paparan konten dewasa di usia dini dapat mempengaruhi perkembangan psikologis dan seksual yang sehat, memicu perilaku seksual berisiko, merusak nilai-nilai moral dan agama, mengganggu konsentrasi belajar, hingga berpotensi mengarah pada kecanduan yang merusak masa depan mereka.
Lebih jauh lagi, normalisasi pornografi di kalangan remaja dapat mendistorsi pandangan mereka tentang relasi dan seksualitas, merendahkan martabat manusia, dan melemahkan fondasi keluarga dan masyarakat Aceh yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islami. Fitur pembaruan status di aplikasi pesan instan, yang seharusnya menjadi ruang berbagi informasi positif, justru berpotensi menjadi jalur penyebaran racun visual yang merusak.
Dampak yang Menggerogoti:
Dampak buruk pornografi pada remaja tidak hanya bersifat individual, tetapi juga kolektif:
* Erosi Nilai-Nilai Budaya dan Agama: Aceh dikenal dengan kekayaan budaya dan nilai-nilai agama yang kuat. Paparan pornografi secara masif dapat mengikis nilai-nilai tersebut dan menggiring generasi muda pada perilaku yang bertentangan dengan norma-norma yang kita junjung tinggi.
* Gangguan pada Proses Pendidikan: Konsentrasi belajar siswa akan terpecah, motivasi menurun, dan prestasi akademik terancam akibat pikiran yang terdistraksi oleh konten pornografi. Lingkungan belajar yang seharusnya kondusif menjadi teracuni oleh pengaruh negatif dari luar.
* Pembentukan Karakter yang Rentan: Nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, dan rasa hormat dapat terkikis akibat paparan konten yang seringkali mengeksploitasi dan merendahkan manusia. Generasi yang terpapar pornografi rentan menjadi individu yang kurang memiliki empati dan kepedulian sosial.
Saatnya Bertindak: Ajakan Persuasif untuk Perlindungan Generasi Aceh:
Keresahan yang disuarakan dalam forum pengajian YPUI ini adalah panggilan mendesak untuk bertindak. Kita tidak bisa lagi menutup mata atau menganggap remeh bahaya pornografi yang mengintai anak-anak kita di era digital ini. Dibutuhkan sinergi dan perhatian serius dari berbagai pihak:
* Para Guru dan Kepala Sekolah/Madrasah: Garda terdepan pendidikan harus lebih proaktif dalam melakukan pengawasan dan memberikan pemahaman kepada siswa tentang bahaya pornografi dan pentingnya penggunaan gawai secara bijak. Sosialisasi dan edukasi tentang literasi digital dan etika berinternet perlu diintensifkan. Sekolah dan madrasah dapat bekerja sama dengan orang tua untuk menciptakan lingkungan digital yang sehat bagi siswa.
* Dinas Pendidikan Aceh dan Kementerian Agama Aceh: Pemerintah daerah dan instansi terkait memiliki tanggung jawab besar dalam merumuskan kebijakan dan program yang komprehensif untuk melindungi generasi muda dari bahaya pornografi. Regulasi terkait penggunaan gawai di lingkungan sekolah dan madrasah perlu diperketat dan diimplementasikan secara efektif. Kampanye publik tentang bahaya pornografi dan pentingnya pendidikan seksualitas yang sehat perlu digalakkan.
* Orang Tua: Peran orang tua sangat krusial dalam mengawasi penggunaan gawai anak-anak mereka. Komunikasi yang terbuka dan edukasi tentang bahaya pornografi sejak dini menjadi kunci. Orang tua perlu menjadi teladan dalam penggunaan teknologi yang bertanggung jawab dan menciptakan batasan yang jelas bagi anak-anak mereka.
Kita tidak ingin generasi emas Aceh tumbuh menjadi generasi yang rapuh dan kehilangan arah akibat jerat pornografi di genggaman mereka. Ini bukan hanya masalah individu, tetapi masalah kita bersama sebagai masyarakat Aceh yang memiliki tanggung jawab moral untuk melindungi masa depan anak-anak kita. Mari bergandengan tangan, dengan kesadaran penuh akan bahaya laten ini, untuk menciptakan lingkungan digital yang aman dan sehat bagi tumbuh kembang generasi penerus bangsa. Jangan biarkan gawai yang seharusnya menjadi jendela ilmu pengetahuan justru menjadi pintu gerbang menuju kehancuran. Saatnya bertindak nyata sebelum penyesalan datang terlambat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar