Selasa, 04 Februari 2025

Allah sebagai Sumber Segala Sesuatu: Bukan Energi, tetapi Pencipta Alam Semesta


Oleh: Samsul Bahri

Guru Fisika MA Darul Ulum Banda Aceh


"Membongkar Miskonsepsi: Allah Bukan Energi, tetapi Pencipta Energi"

Abstrak

Dalam diskursus ilmiah dan filosofis, sering muncul kesalahpahaman yang menyamakan Allah dengan energi. Beberapa pemikir sains mengajukan gagasan bahwa Tuhan adalah bentuk energi tertinggi yang menjadi sumber segala sesuatu. Artikel ini bertujuan membantah pemahaman keliru tersebut dengan pendekatan fisika dan teologi Islam. Dengan menelaah sifat dasar energi dalam hukum fisika serta konsep ketuhanan dalam Islam, artikel ini menunjukkan bahwa Allah tidak dapat disamakan dengan energi. Allah adalah Pencipta energi dan segala sesuatu yang ada di alam semesta.

Pendahuluan

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, muncul spekulasi di kalangan ilmuwan dan filsuf bahwa Tuhan bukanlah entitas transenden, melainkan suatu bentuk energi kosmik. Gagasan ini sering muncul dalam ranah filsafat panteisme dan dalam beberapa pemikiran ilmiah populer. Namun, dalam perspektif Islam dan sains fisika, konsep ini memiliki banyak kelemahan. Allah tidak dapat disamakan dengan energi karena energi adalah bagian dari ciptaan yang tunduk pada hukum-hukum fisika, sedangkan Allah adalah Pencipta segala hukum tersebut.

Artikel ini akan membahas mengapa Allah bukan energi dengan pendekatan sains fisika dan teologi Islam, serta menegaskan bahwa Allah adalah Pencipta energi, bukan bagian dari energi itu sendiri.

1. Energi dalam Perspektif Sains Fisika

Dalam fisika, energi didefinisikan sebagai kemampuan suatu sistem untuk melakukan kerja (Halliday et al., 2013). Energi memiliki beberapa karakteristik fundamental yang membedakannya dengan Tuhan dalam konsep teologi Islam:

1.1. Energi Tidak Berkesadaran

Energi bukanlah entitas yang memiliki kesadaran atau kehendak. Dalam hukum fisika, energi hanya berpindah dan berubah bentuk sesuai dengan hukum alam yang mengaturnya (Serway & Jewett, 2018). Sebaliknya, dalam Islam, Allah memiliki kehendak mutlak (Al-Murid) dan pengetahuan yang tak terbatas (Al-‘Alim). Jika Allah adalah energi, maka Dia akan tunduk pada hukum-hukum yang mengatur energi, yang bertentangan dengan sifat-Nya sebagai Pencipta hukum itu sendiri.

1.2. Energi Tidak Berdiri Sendiri

Energi membutuhkan ruang dan materi untuk eksistensinya. Sebagai contoh, dalam hukum termodinamika, energi dapat berpindah dan berubah bentuk tetapi tidak bisa ada tanpa medium tertentu (Feynman, 1964). Sementara itu, Allah adalah Al-Qayyum (Yang Maha Berdiri Sendiri), tidak membutuhkan tempat, waktu, atau materi untuk eksis. Ini menunjukkan bahwa Allah tidak mungkin disamakan dengan energi, karena energi selalu bergantung pada sesuatu yang lain.

1.3. Energi Tidak Mutlak dan Berubah-Ubah

Energi dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk lain sesuai dengan hukum kekekalan energi (First Law of Thermodynamics). Misalnya, energi kinetik dapat berubah menjadi energi panas atau listrik (Young & Freedman, 2020). Namun, Allah adalah Al-Baqi (Maha Kekal), tidak mengalami perubahan atau transformasi. Jika Allah adalah energi, maka Ia akan mengalami perubahan, yang bertentangan dengan sifat keabadian-Nya.

2. Perspektif Teologi Islam: Allah Bukan Energi, Melainkan Pencipta Energi

Dalam Islam, Allah memiliki sifat mukhalafatu lil-hawadith (berbeda dari segala sesuatu yang diciptakan). Al-Qur’an dengan tegas menyatakan:

"Laisa kamitslihi syai’un wa huwa As-Sami’ul-Basir"(QS. Asy-Syura: 11) – 

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidak bisa disamakan dengan sesuatu pun, termasuk energi. Allah menciptakan energi dan mengatur bagaimana energi bekerja di alam semesta.

2.1. Allah sebagai Pencipta Energi

Dalam Islam, Allah adalah Al-Khaliq (Maha Pencipta) yang menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan (creatio ex nihilo). Hal ini berbeda dengan energi, yang hanya bisa berubah bentuk tetapi tidak bisa muncul dari ketiadaan sesuai hukum fisika. Dalam QS. Az-Zumar: 62 disebutkan:"

"Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu."

Ayat ini menegaskan bahwa Allah adalah sumber dari semua ciptaan, termasuk energi. Jika Allah adalah energi, maka Dia sendiri adalah makhluk yang diciptakan, yang bertentangan dengan konsep ketuhanan dalam Islam.

2.2. Allah Tidak Tunduk pada Hukum Alam

Allah adalah Al-Mutakabbir (Maha Kuasa) dan tidak terikat oleh hukum-hukum yang Ia ciptakan. Sebaliknya, energi tunduk pada hukum-hukum fisika seperti hukum termodinamika dan mekanika kuantum (Hawking, 1998). Jika Allah adalah energi, maka Ia akan tunduk pada hukum-hukum yang mengikat energi, yang jelas bertentangan dengan konsep ketuhanan dalam Islam.

3. Mengapa Konsep “Allah Adalah Energi” Berbahaya?

Menyamakan Allah dengan energi adalah bentuk tasybih (penyerupaan Allah dengan makhluk), yang bertentangan dengan tauhid dalam Islam. Pemikiran ini dapat berbahaya karena:

  1. Menjadikan Tuhan sebagai bagian dari alam semesta – Ini adalah bentuk panteisme, yang bertentangan dengan Islam yang menegaskan Allah sebagai Pencipta di luar alam semesta.
  2. Menghilangkan sifat kehendak dan kesadaran Allah – Energi tidak memiliki kehendak, sementara Allah memiliki kehendak mutlak.
  3. Membatasi Allah dalam hukum-hukum fisika – Jika Allah dianggap sebagai energi, maka Dia tunduk pada hukum yang mengatur energi, yang berarti Dia bukan Tuhan yang Maha Kuasa.
Dalam Islam, Allah adalah satu-satunya pencipta segala yang ada di alam semesta.  segala sesuatu, termasuk energi, adalah ciptaan Allah. Jika energi adalah sesuatu yang diciptakan, maka energi tidak bisa menjadi Allah.

Allah berfirman:

"Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: 'Jadilah!' Maka jadilah sesuatu itu."(QS. Yasin: 82)

Ayat ini menegaskan bahwa penciptaan oleh Allah terjadi dengan kehendak-Nya, bukan melalui proses transformasi atau perubahan dari satu bentuk ke bentuk lain, seperti yang terjadi pada energi dalam hukum fisika.

Perbedaan Allah dan Energi dalam Perspektif Sains dan Teologi

Aspek Energi (Konsep Fisika) Allah dalam Islam
Sifat Keberadaan Diciptakan, ada dalam sistem fisik Maha Pencipta, tidak diciptakan
Kebergantungan Bergantung pada hukum fisika Tidak bergantung pada apa pun (Al-Qayyum)
Perubahan Dapat berubah bentuk, tidak tetap Tidak berubah dan tidak terpengaruh oleh waktu
Keterikatan Ruang & Waktu Ada dalam ruang dan waktu Tidak terikat ruang dan waktu
Dapat Diukur? Bisa diukur dalam Joule Tidak dapat diukur atau dibatasi

Allah Bukan Energi, tetapi Sumber Segala Sesuatu

Meskipun energi merupakan aspek penting dalam mekanisme alam semesta, ia tetaplah makhluk yang tunduk pada hukum-hukum fisika yang diciptakan Allah. Allah bukan energi, tetapi Dialah yang menciptakan energi. Dalam Al-Qur'an disebutkan:

"Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah tempat bergantung segala sesuatu."(QS. Al-Ikhlas: 1-2)

Allah adalah sumber dari segala sesuatu, tetapi bukan berarti Allah dapat diidentifikasi dengan ciptaan-Nya.

Kesimpulan


Dari analisis di atas, jelas bahwa konsep “Allah adalah energi” bertentangan dengan sains fisika maupun teologi Islam. Energi adalah bagian dari ciptaan yang tunduk pada hukum-hukum fisika, sedangkan Allah adalah Pencipta yang tidak terikat oleh hukum apa pun. Islam dengan tegas menyatakan bahwa Allah bukan bagian dari ciptaan-Nya dan tidak bisa disamakan dengan energi atau entitas apa pun.

Sebagai umat Muslim, kita harus berhati-hati dengan pemikiran yang mencoba menyamakan Allah dengan unsur-unsur fisik, karena ini dapat membawa kita pada kesesatan dalam memahami tauhid. Oleh karena itu, perlu ditegaskan bahwa Allah bukan energi, melainkan Pencipta energi dan seluruh alam semesta.

Pemahaman bahwa Allah adalah energi adalah sebuah miskonsepsi. Dalam Islam, Allah adalah Pencipta segala sesuatu, termasuk energi, dan tidak bisa disamakan dengan makhluk. Konsep ini ditegaskan dalam Al-Qur'an dan didukung oleh prinsip fisika yang menunjukkan bahwa energi hanyalah bagian dari alam semesta yang tunduk pada hukum yang diciptakan oleh Allah. Dengan demikian, Allah adalah sumber segala sesuatu, tetapi bukan energi sebagaimana yang dipahami dalam sains.

Kesimpulan

Referensi

  1. Al-Qur'an, terjemahan Kementerian Agama RI.
  2. Halliday, Resnick & Walker. Fundamentals of Physics. John Wiley & Sons, 2013.
  3. Harun Yahya. The Miracle of the Universe. Global Publishing, 2001.
  4. Feynman, R. P. (1964). The Feynman Lectures on Physics. Addison-Wesley.
  5. Halliday, D., Resnick, R., & Walker, J. (2013). Fundamentals of Physics. Wiley.
  6. Hawking, S. (1998). A Brief History of Time. Bantam Books.
  7. Serway, R. A., & Jewett, J. W. (2018). Physics for Scientists and Engineers. Cengage Learning.
  8. Young, H. D., & Freedman, R. A. (2020). University Physics with Modern Physics. Pearson.
  9. Ibn Taymiyyah. Majmu' Al-Fatawa, vol. 3, Dar Al-Wafa, 2005.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dayah Modern Darul Ulum YPUI Banda Aceh Pelepasan lulusan Angkat ke 30 tahun 2025

Banda Aceh – Dayah Modern Darul Ulum YPUI Banda Aceh lakukan pelepasan lulusan. Angkatan ke 30 jenjang MTs (kelas IX) dan MA (kelas XII) pad...